badge

Wednesday, February 3, 2016

Peliharalah jenggot mu

Jenggot yang lebat tidak selamanya kotor











Pada tahun 2014, sekelompok peneliti (sumber) menemukan fakta jika para petugas kesehatan tanpa jenggot panjang lebih mungkin "dihuni" koloni bakteri Staphylococcus aureus dan beberapa bakteri kebal antibiotik metisilin/penisilin.

Walau secara umum tak jauh berbeda, tapi koloni bakteri tertentu ditemukan lebih rendah pada orang berjenggot lebat daripada yang tidak.

Lalu pada Mei 2015 lalu dilakukan pengambilan sampel oleh peneliti dari New Mexico. Hasil penelitian kecil-kecilan itu menyebut bahwa jenggot laki-laki menjadi tempat hidup bermacam jenis bakteri, termasuk yang biasanya ditemukan di kotoran.
"(Beberapa sampel ditemukan) jenis bakteri dengan yang biasanya ditemukan pada kotoran", klaim John Golobic, seorang mikrobiologis yang terlibat penelitian.

Diduga hal ini disebabkan karena jenggot tidak terjaga kebersihannya. Misalnya memegang jenggot dengan tangan kotor sisa makanan. Sisa-sisa makanan ini yang kemudian menjadi sumber penghidupan bagi bakteri.

Ia juga menyatakan tak semua bakteri yang ditemukan dari sampel jenggot adalah tipe yang merugikan bagi kesehatan.

Akhir pekan lalu, program eksperimen dari BBC 'Trust Me I'm a Doctor' berusaha mengungkap lebih dalam tentang bakteri jenggot dan berhasil menemukan fakta sejumlah bakteri baik yang ternyata bisa jadi sumber antibiotik.

Bekerja sama dengan University College London, sebanyak 100 jenis bakteri yang bisa ditemukan dalam sampel jenggot, seperti yang dikemukakan oleh ahli mikrobiologi, Dr Adam Roberts.

Dalam beberapa cawan petri itu terungkap bakteri yang sanggup membunuh bakteri-bakteri lainnya.
Menurut penelitian ini, para bakteri saling bersaing di manapun termasuk di jenggot manusia.

Beberapa jenis bakteri memproduksi antibiotik untuk mengalahkan pesaingnya.
Hal ini menguntungkan manusia karena bisa membunuh (atau mengurangi populasi) jenis patogen, bahkan bisa membuat seseorang berjenggot tampak lebih resisten dari bakteri patogen.
Bakteri-bakteri pembunuh ini yang kemudian bisa dikembangkan oleh manusia untuk menjadi antibiotik. Karena beberapa patogen telah kebal jenis antibiotik yang ada saat ini.
"Ya. Bisa jadi," kata Adam seperti dikutip dari BBC pada Jumat (22/1/), ketika ditanya kemungkinan pengembangan antibiotik dari bakteri yang hidup alami di jenggot manusia.
Bakteri pembunuh pada sampel yang dikembangkan oleh Adam teridentifikasi bernama Staphylococcus epidermidis. Saat bakteri ini dites untuk melawan bakteri lainnya E.coli yang terkenal kebal obat, mereka terlihat mampu untuk melawan.

Jenggot adalah Sunnah Nabi

Terlepas apapun klaim penelitian dunia modern, berjenggot adalah Sunnah bagi umat Islam dan menegaskannya sebagai identitas spiritual.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
أَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوا اللِّحَى
“Potong pendeklah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot.” (HR. Muslim no. 623)
Dalam hadits lain Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam juga bersabda:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ وَفِّرُوا اللِّحَى وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ إِذَا حَجَّ أَوْ اعْتَمَرَ قَبَضَ عَلَى لِحْيَتِهِ فَمَا فَضَلَ أَخَذَه صحيح البخاري، 5442)
“Tampillah kalian berbeda dengan orang-orang musyrik, peliharalah jenggot dan cukurlah kumis. Dan ketika Ibn Umar melaksanakan haji atau umrah, beliau memegang jenggotnya, dan ia pun memotong bagian yang melebihi genggamannya.” (Shahih al-Bukhari, 5442).

Sekian.